Tunggu bentaar aja...
   

Anemia pada Ibu Hamil, Akibat dan cara Mengatasinya

22 September 2011 | 10.30.00 WIB


Survey menyebutkan bahwa 70% ibu hamil di Indonesia mengidap anemia yang merupakan penyebab nomor 1 kematian ibu hamil. Dimana sejak kehamilan memasuki minggu ke 10 volume plasma darah meningkat hingga 50% sehingga darah menjadi encer dan membutuhkan banyak zat besi untuk menghasilkan sel darah merah. Bila kekurangan sel darah merah maka darah tidak dapat berfungsi dengan baik untuk mengangkut oksigen ke janin, rahim dan otot-otot sekitar rahim sehingga nantinya persalinan akan menjadi tidak sempurna.

Resiko Anemia pada Kehamilan
Akibat sel darah merah kurang dan tidak dapat mengangkut oksigen dengan baik, maka suplai oksigen ke janin, rahim dan otot-otot di sekitar rahim yang akan bekerja saat persalinan pun jadi tak sempurna.

Resiko Sebelum Hamil
  • Ibu mengalami subfertilil atau berkurangnya kesuburan.

Resiko Saat Hamil
  • Tubuh menjadi tidak fit dan mengalami 5L: Lesu, Lemah, Letih, Lelah dan Lunglai.
  • Sering merasa pusing, mata berkunang-kunang bahkan pingsan.
  • Mudah mengantuk.
  • Wajah menjadi pucat, dapat dilihat dari selaput lendir bawah mata
  • Mengakibatkan sesak nafas bahkan dada sering berdebar bila anemia sudah sampai stadium membebani jantung.
  • Kulit terlihat kering atau berwarna kuning, demikian pula kuku.
  • Daya tahan tubuh menurun sehingga mudah sakit.


Resiko Saat Persalinan
  • Kurangnya suplai oksigen membuat otot rahim menjadi lemah sehingga tidak dapat berkonstraksi.
  • Mengakibatkan cepat lelah saat mengejan, sehingga kemungkinan persalinan dibantu vakum atau operasi caesar.


Resiko Pasca Persalinan
  • Otot rahim menjadi lemah sehingga rahim tidak dapat berkontraksi untuk mengecil dan terjadi pendarahan.
  • Resiko pendarahan masih tetap mengancam hingga hari ke-40 pasca persalinan (masa nifas).


Resiko Pada Janin
  • Kurang oksigen di rahim ibu membuat suasana salam rahim menjadi tidak nyaman bagi janin.
  • Pertumbuhan janin terhambat, lahir dengan berat badan rendah (kurang dari 2,5 kg).
  • Janin keguguran atau lahir prematur.


Penanganan Anemia Pada Ibu Hamil
Anemia Pada Ibu Hamil Selain menggunakan terapi obat juga dapat dilakukan dengan terapi diet. Guna memenuhi asupan zat besi, tingkatkanlah memakan makanan yang kaya akan zat besi (Fe) contohnya yaitu dengan:
Mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat besi seperti daging merah, hati sapi, hati ayam, bayam, brokoli, kacang-kacangan, sayur yang memiliki warna hijau tua, kerang, ikan sarden, rumput laut, tahu, tempe. Kebutuhan zat besi saat hamil adalah 30-60 mg/hari. Zat besi dari makanan hewani lebih mudah diserap tubuh daripada makanan nabati.
Mengkonsumsi vitamin C karena dapat membantu penyerapan zat besi di usus. Makanan yang dapat membantu penyerapan zat besi yaitu daun singkong, daun katuk, bayam, jeruk, jambu, tomat.
Hindari mengkomsumsi makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat besi seperti teh, kopi, susu, obat-obatan. Sebaiknya beri jarak waktu mengkonsumsinya sekitar 2-4 jam.
Minum suplemen penambah zat besi dengan resep dokter.

Penyembuhan Anemia pada Ibu Hamil
Anemia dapat disembuhkan dengan mengkonsumsi tablet besi ataupun Tablet Tambah Darah (TTD). Ibu hamil pada umumnya diberikan dosis sebanyak satu tablet setiap hari berturut-turut selama 90 hari saat masa-masa kehamilan.
TTD tersebut mengandung 200 mg ferrosulfat, yang mana hal tersebut setara dengan 60 miligram besi elemental dan 0.25 mg asam folat. Dalam beberapa kasus, pemberian preparat besi ini mempunyai efek samping. Efek samping tersebut diantaranya berupa mual, nyeri lambung, muntah, diare, serta kesulit buang air besar. Untuk mencegah efek samping tersebut terjadi dianjurkan mengkonsumsi TTD setelah makan saat malam hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar